KEJADIAN
Selepas mendapat pesan dari Gladys, Jenggala pun bergegas menyalakan motornya lalu beranjak pergi mencari letak lokasi keberadaaan Gladys. Pikirannya kacau, pikirannya tak beraturan, jantungnya berdegup kencang, hatinya merasakan sesak, perasaannya tercampur aduk. Ia marah dan ia kecewa pada dirinya sendiri.
Secepatnya Jenggala melajukan motornya menerobos angin dingin yang menyapu seluruh permukaan jalan. Disisi lain ia juga terus berkata “Gladys lo tenang ya, gue hampir sampai disana. Gue janji lo ga bakal kenapa kenapa” pada sosok gadis yang sedang berbicara via telepon dengannya.
“Jenggala gue t-takut. Gue l-lari ya” Gladys mulai melangkahkan kakinya dengan cepat bersamaan dengan air mata yang sudah menetes pada pipinya.
“JENGGGG TOLONG” Gladys berteriak akibat dua orang preman tersebut berhasil menangkap Gladys yang mencoba melarikan diri.
“Glad! Lo kenapa? Gladyds!”
“Jenggala tolongin gue, gue mohon”
Hanya berselang beberapa detik, Jenggala sudah tiba disana melihat Gladys yang dirampok oleh dua preman tersebut. Jenggala menuruni motornya untuk bergegas menghampiri mereka. Salah satu dari preman tersebut merasa terancam kemudian memulai perkelahiannya dengan Jenggala, disisi lain satu preman lainnya membekap mulut Gladys dan memegang tangan gadis itu agar tidak melarikan diri.
Satu pukulan sudah mengenai sudut bibir Jenggala hingga terluka, sebaliknya satu pukulan juga sudah melayang pada rahang preman tersebut hingga membuatnya sangat kesakitan dan hilang kendali untuk menyerang kembali. Melihat kejadian itu, satu preman lainnya memajukan diri berniat mengalahkan Jenggala. Mereka saling menyalurkan hantaman satu sama lain. Hal buruk lainnya ternyata pukulan Jenggala pada rahang preman tadi tidak cukup kuat untuk membuatnya lumpuh, preman itu bangkit dan bergegas mendekati Gladys untuk mencegah Gladys melarikan diri. Disitu Gladys berusaha keras untuk melawan namun sayang sekali ketika mereka berdua saling melawan tanpa sengaja preman tersebut malah mendorong Gladys hingga terbentur pada tembok di belakangnya. Jenggala melihat itu, ia melihat Gladys terduduk lemas sambil memegangi kepalanya yang terbentur, hal itu membuat fokus Jenggala buyar dan menjadi kesempatan emas bagi preman yang ada dihadapannya untuk melakukan serangan ke bagian ulu hati Jenggala hingga ia terjatuh, kemudian menindihnya untuk mengunci pergerakan Jenggala.
“BRENGSEK! BAJINGAN! LO SAMPAH UDAH BIKIN DIA PINGSAN!” ucap Jenggala dengan penuh amarah kepada preman-preman tersebut.
Sungguh sebuah keajaiban Tuhan datang. Tepat disaat preman tersebut sedang mencari harta yang ada dalam tas Gladys ada sebuah mobil yang melintas di jalan tersebut.
“WOI! CEMEN BANGET LO BERANINYA SAMA ANAK SMA. GA PUNYA NYALI?” tunjuk laki-laki berbadan tegak yang baru saja keluar dari mobil itu kepada salah satu preman yang menindih Jenggala. Merasa ditantang, preman yang menindih Jenggala pun berdiri melawan laki-laki yang meneriakinya. Sementara laki-laki lain yang baru saja keluar dari mobil mencoba melawan preman yang ada di dekat Gladys. Mereka berempat saling berkelahi menyalurkan semua kekuatan sekaligus emosi. Jenggala sungguh amat berterima kasih kepada Jonathan dan juga Levon.
Jenggala dengan sedikit tertatih-tatih menghampiri Gladys yang sedang terkapar lemas diseberangnya. Setelah kepalanya terbentur cukup keras pada tembok Gladys mengalami ketidaksadaran diri. Jenggala takut, Jenggala khawatir, berkali-kali ia menyebut “Glad lo udah aman, ayo pergi, lo sekarang harus bangun. Gladys...maaf”
Disisi lain, Jonathan dan Levon berhasil mengalahkan dua preman tersebut dan membuat mereka berdua pergi dari tempat itu. Jonathan dan Levon menghampiri Jenggala dan melihat Gladys yang pingsan. Melihat itu Levon langsung mengarahkan untuk membawa Gladys ke rumah sakit menggunakan mobilnya.
“Ayoo cepet bawa Gladys ke mobil gue, kita bawa ke rumah sakit. Untuk motor lo biar gue yang bawa. Dan Jo, lo yang nyetir mobil gue ya,” ajak Levon.
“Thanks ya bang, gue nggak tau lagi gimana keadaan Gladys kalau nggak ada kalian,” keluh Jenggala.