jncoretanarin

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi menghisap rokoknya, entah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan sebuah minuman atau camilan. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorite laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

“Peduli” . Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti yang pernah dialami kakaknya; Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu sebuah pelarian lain dan juga seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Iya, Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif, dia sama seperti Jenggala yang sulit mengontrol emosi kemudian menjadikan cerutu tembakau tersebut sebagai pelarian. Meski tak mudah menghadapi Jeffan karena harus mengontrol amarah sang kakak sekaligus menahan sesak di dada karena asap rokok tersebut, tetapi Gladys tak menyerah untuk membuat kakaknya merasa lebih baik. Hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pusat terakhirnya dikala bosan dan juga hilang semangat.


Hari demi hari disaat ada hal yang mengganjal dari Jenggala atau dikala Gladys yang melihat rokok milik Jenggala, Gladys tak pernah kehabisan rencana cerdik untuk dilakukan. Mulai dari merusak vape Jenggala secara sengaja, mengganti rokok Jenggala yang tergeletak di sembarang tempat dengan permen, hingga dikala Jenggala sedang berkumpul di rumah temannya untuk meminum amer Gladys pun menggantinya dengan beberapa minuman dingin sedangkan amer itu ia buang sejauh mungkin.

Ia tau hal itu membuat Jenggala kesal, namun sering kali Gladys abaikan. Sehingga hari dimana Gladys membuang amer milik Jenggala semuanya berantakan tak sesuai rencana yang diharapkan.

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi menghisap rokoknya, entah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan sebuah minuman atau camilan. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorite laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

“Peduli” . Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti yang pernah dialami kakaknya; Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu sebuah pelarian lain dan juga seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Iya, Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif, dia sama seperti Jenggala yang sulit mengontrol emosi kemudian menjadikan cerutu tembakau tersebut sebagai pelarian. Meski tak mudah menghadapi Jeffan karena harus mengontrol amarah sang kakak sekaligus menahan sesak di dada karena asap rokok tersebut, tetapi Gladys tak menyerah untuk membuat kakaknya merasa lebih baik. Hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pusat terakhirnya dikala bosan dan juga hilang semangat.


Hari demi hari disaat ada hal yang mengganjal dari Jenggala atau dikala Gladys yang melihat rokok milik Jenggala, Gladys tak pernah kehabisan rencana cerdik untuk dilakukan. Mulai dari merusak vape Jenggala secara sengaja, mengganti rokok Jenggala yang tergeletak di sembarang tempat dengan permen, hingga dikala Jenggala sedang berkumpul di rumah temannya untuk meminum amer Gladys pun menggantinya dengan beberapa minuman dingin sedangkan amer itu ia buang sejauh mungkin.

Ia tau hal itu membuat Jenggala kesal, namun sering kali Gladys abaikan. Sehingga hari dimana Gladys membuang amer milik Jenggala semuanya berantakan tak sesuai rencana yang diharapkan.

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi menghisap rokoknya, entah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan sebuah minuman atau camilan. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorite laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

“Peduli” . Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti yang pernah dialami kakaknya; Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu sebuah pelarian lain dan juga seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Iya, Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif, dia sama seperti Jenggala yang sulit mengontrol emosi kemudian menjadikan cerutu tembakau tersebut sebagai pelarian. Meski tak mudah menghadapi Jeffan karena harus mengontrol amarah sang kakak sekaligus menahan sesak di dada karena asap rokok tersebut, tetapi Gladys tak menyerah untuk membuat kakaknya merasa lebih baik. Hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pusat terakhirnya dikala bosan dan juga hilang semangat.


Hari demi hari disaat ada hal yang mengganjal dari Jenggala atau dikala Gladys yang melihat rokok milik Jenggala, Gladys tak pernah kehabisan rencana cerdik untuk dilakukan. Mulai dari merusak vape Jenggala secara sengaja, mengganti rokok Jenggala yang tergeletak di sembarang tempat dengan permen, hingga dikala Jenggala sedang berkumpul di rumah temannya untuk meminum amer Gladys pun menggantinya dengan beberapa minuman dingin sedangkan amer itu ia buang sejauh mungkin.

Ia tau hal itu membuat Jenggala kesal, namun sering kali Gladys abaikan. Sehingga hari dimana Gladys membuang amer milik Jenggala semuanya berantakan tak sesuai rencana yang diharapkan.

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi menghisap rokoknya, entah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan sebuah minuman atau camilan. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorite laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

“Peduli” . Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti yang pernah dialami kakaknya; Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu sebuah pelarian lain dan juga seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Iya, Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif, dia sama seperti Jenggala yang sulit mengontrol emosi kemudian menjadikan cerutu tembakau tersebut sebagai pelarian. Meski tak mudah menghadapi Jeffan karena harus mengontrol amarah sang kakak sekaligus menahan sesak di dada karena asap rokok tersebut, tetapi Gladys tak menyerah untuk membuat kakaknya merasa lebih baik. Hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pusat terakhirnya dikala bosan dan juga hilang semangat.

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi rokoknya, ntah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan makanan lainnya. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorit laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

Peduli. Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti kepeduliannya pada kakaknya, Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu pelarian lain dan seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Sama seperti kakak kesayangannya. Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif. Meski tak mudah karena harus melawan amarah juga menahan sesak karena asap rokok tersebut, tapi Gladys tak menyerah untuk mengendalilan amarah kakaknya yang sering kali tak terkendali dan juga kebiasaan merokoknya, hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pelariannya.

#pantang menyerah

Setelah kejadian malam itu Gladys semakin berniat untuk membuat Jenggala mengurangi rokoknya, ntah dengan mengambil rokoknya secara diam diam atau menggantinya dengan makanan lainnya. Tentu cara itu ia lakukan secara diam-diam, meski tak jarang pula diketahui oleh Jenggala.

Gladys seseorang yang cukup nekat, ia sering kali tak pernah berpikir panjang akan resiko yang ia hadapi saat menjauhi Jenggala dari lintingan tembakau favorit laki-laki tampan itu. Dimana ia melihat kesempatan ia selalu mempunyai ide cerdik untuk melancarkan aksinya.

Peduli. Peduli dengan Jenggala, peduli dengan teman sekitarnya dan peduli terhadap lingkungan. Itulah yang Gladys katakan pada Jenggala juga pada dirinya sendiri jika dilontarkan tanya mengapa ia sebegitu berniat membuat Jenggala jauh dari rokok.

Sama seperti kepeduliannya pada kakaknya, Jeffan. Ia yakin Jenggala hanya perlu pelarian lain dan seseorang yang dapat mendampinginya disaat ia merasa 'berat', sehingga tak perlu melampiaskannya pada lintingan tembakau yang menjadi sudut favoritenya.

Sama seperti kakak kesayangannya. Jeffan juga sempat menjadi perokok aktif. Meski tak mudah karena harus melawan amarah juga menahan sesak karena asap rokok tersebut, tapi Gladys tak menyerah untuk mengendalilan amarah kakaknya yang sering kali tak terkendali dan juga kebiasaan merokoknya, hingga kini Jeffan dapat berhenti menghisap batang rokok yang selalu menjadi pelariannya.

Dalam perjalanan tak ada yang mau memulai percakapan, tak ada yang berani, keduanya sama sama canggung disertai gengsi mereka. Hingga tiba hujan yang semula gerimis semakin deras membasahi jas hujan dan juga kepala Gladys yang hanya ditutupi topi milik Jenggala. Mereka memutuskan untuk berteduh di minimarket karena dirasa Jenggala tak mau membuat Gladys kehujanan, bagaimana pun mereka belum cukup dekat jadi Jenggala tak ingin membuat anak orang celaka.

“Sorry ya gara gara gue ajak nerobos gerimis tadi lo jadi kehujanan gini,” Jenggala membuka suara.

“Gapapa kok, ga terlalu kehujanan juga. Malah gue yang harusnya berterimakasih ke lo karena mau gue repotin,” sahut Gladys.

Jenggala hanya mengangguk kemudian berusaha membuka jas hujan dan juga hoodie yg ia kenakan.

“Nih pake, gue tau lo kedinginan.” Jenggala menyerahkan hoodienya kepada gadis yang memiliki tinggi sejajar dengan hidung Jenggala.

“Ngga usah, itu kan punya lo ngapain kasi ke gue. Lagian gue kuat kok, ga terlalu dingin juga,” tolak Gladys.

“Gak terlalu dingin tapi sampe menggigil gitu ya?” Jenggala mengarahkan pandangannya ke depan wajah Gladys, melihat bahwa Gladys sedang menggigil.

“E-enggak biasa aja kok, lo aja yang pake ho-”

“Jangan bandel, kalau gue udah ngasi artinya gue udah ikhlas. Gue juga gamau disalahin karena bikin anak orang sakit. Jangan nolak.” Lekas Jenggala mengambil tangan Gladys dan meletakkan hoodie itu diatas tangan perempuan di hadapannya.

“Makasih,” hanya itu yang diucap Gladys setelah menerima hoodie milik Jenggala.

*“Iya. Btw, tunggu sebentar ya gue mau ke dalem minimarket dulu beli sesuatu. Lo mau nitip?”* tanya Jenggala.

“Ngga gausah.” Gladys menggelengkan kepala sebagai tanda penolakannya.

Di sela sela Gladys memakai hoodie yang diberi Jenggala, ia tak sengaja memasukkan tangannya kedalam kantong bagian depan hoodie tersebut. Terkejutnya Gladys bahwa di dalam kantong itu terdapat bungkus rokok yang tersisa 5 batang rokok. Gladys merasa heran terhadap Jenggala, sepertinya ia meletakkan rokok dimana mana, padahal saat di sekolah tadi rokoknya sudah disita oleh guru. Disitulah Gladys memiliki ide untuk membuang rokok Jenggala ke dalam tong sampah didekatnya dan menggantikannya dengan snack coklat yang dibeli Gladys pada jam istirahat tadi.


Sepuluh menit sudah mereka menunggu di depan minimarket, hingga tiba saat yang ditunggu. Hujan telah reda dan mereka pun bergegas untuk segera pulang agar tak kehujanan jika hujan turun lagi.

Dalam perjalanan tak ada yang mau memulai percakapan, tak ada yang berani, keduanya sama sama canggung disertai gengsi mereka. Hingga tiba hujan yang semula gerimis semakin deras membasahi jas hujan dan juga kepala Gladys yang hanya ditutupi topi milik Jenggala. Mereka memutuskan untuk berteduh di minimarket karena dirasa Jenggala tak mau membuat Gladys kehujanan, bagaimana pun mereka belum cukup dekat jadi Jenggala tak ingin membuat anak orang celaka.

“Sorry ya gara gara gue ajak nerobos gerimis tadi lo jadi kehujanan gini,” Jenggala membuka suara.

“Gapapa kok, ga terlalu kehujanan juga. Malah gue yang harusnya berterimakasih ke lo karena mau gue repotin,” sahut Gladys.

Jenggala hanya mengangguk kemudian berusaha membuka jas hujan dan juga hoodie yg ia kenakan.

“Nih pake, gue tau lo kedinginan.” Jenggala menyerahkan hoodienya kepada gadis yang memiliki tinggi sejajar dengan hidung Jenggala.

“Ngga usah, itu kan punya lo ngapain kasi ke gue. Lagian gue kuat kok, ga terlalu dingin juga,” tolak Gladys.

“Gak terlalu dingin tapi sampe menggigil gitu ya?” Jenggala mengarahkan pandangannya ke depan wajah Gladys, melihat bahwa Gladys sedang menggigil.

“E-enggak biasa aja kok, lo aja yang pake ho-”

“Jangan bandel, kalau gue udah ngasi artinya gue udah ikhlas. Gue juga gamau disalahin karena bikin anak orang sakit. Jangan nolak.” Lekas Jenggala mengambil tangan Gladys dan meletakkan hoodie itu diatas tangan perempuan di hadapannya.

“Makasih,” hanya itu yang diucap Gladys setelah menerima hoodie milik Jenggala.

*“Iya. Btw, tunggu sebentar ya gue mau ke dalem minimarket dulu beli sesuatu. Lo mau nitip?”* tanya Jenggala.

“Ngga gausah.” Gladys menggelengkan kepala sebagai tanda penolakannya.

Di sela sela Gladys memakai hoodie yang diberi Jenggala, ia tak sengaja memasukkan tangannya kedalam kantong bagian depan hoodie tersebut. Terkejutnya Gladys bahwa di dalam kantong itu terdapat bungkus rokok yang tersisa 5 batang rokok. Gladys merasa heran terhadap Jenggala, sepertinya ia meletakkan rokok dimana mana, padahal saat di sekolah tadi rokoknya sudah disita oleh guru. Disitulah Gladys memiliki ide untuk membuang rokok Jenggala ke dalam tong sampah didekatnya dan menggantikannya dengan snack coklat yang dibeli Gladys pada jam istirahat tadi.


Sepuluh menit sudah mereka menunggu di depan minimarket, hingga tiba saat yang ditunggu. Hujan telah reda dan mereka pun bergegas untuk segera pulang agar tak kehujanan jika hujan turun lagi.

Dalam perjalanan tak ada yang mau memulai percakapan, tak ada yang berani, keduanya sama sama canggung disertai gengsi mereka. Hingga tiba hujan yang semula gerimis semakin deras membasahi jas hujan dan juga kepala Gladys yang hanya ditutupi topi milik Jenggala. Mereka memutuskan untuk berteduh di minimarket karena dirasa Jenggala tak mau membuat Gladys kehujanan, bagaimana pun mereka belum cukup dekat jadi Jenggala tak ingin membuat anak orang celaka.

“Sorry ya gara gara gue ajak nerobos gerimis tadi lo jadi kehujanan gini,” Jenggala membuka suara.

“Gapapa kok, ga terlalu kehujanan juga. Malah gue yang harusnya berterimakasih ke lo karena mau gue repotin,” sahut Gladys.

Jenggala hanya mengangguk kemudian berusaha membuka jas hujan dan juga hoodie yg ia kenakan.

“Nih pake, gue tau lo kedinginan.” Jenggala menyerahkan hoodienya kepada gadis yang memiliki tinggi sejajar dengan hidung Jenggala.

“Ngga usah, itu kan punya lo ngapain kasi ke gue. Lagian gue kuat kok, ga terlalu dingin juga,” tolak Gladys.

“Gak terlalu dingin tapi sampe menggigil gitu ya?” Jenggala mengarahkan pandangannya ke depan wajah Gladys, melihat bahwa Gladys sedang menggigil.

“E-enggak biasa aja kok, lo aja yang pake ho-”

“Jangan bandel, kalau gue udah ngasi artinya gue udah ikhlas. Gue juga gamau disalahin karena bikin anak orang sakit. Jangan nolak.” Lekas Jenggala mengambil tangan Gladys dan meletakkan hoodie itu diatas tangan perempuan di hadapannya.

“Makasih,” hanya itu yang diucap Gladys setelah menerima hoodie milik Jenggala.

*“Iya. Btw, tunggu sebentar ya gue mau ke dalem minimarket dulu beli sesuatu. Lo mau nitip?”* tanya Jenggala.

“Ngga gausah.” Gladys menggelengkan kepala sebagai tanda penolakannya.

Di sela sela Gladys memakai hoodie yang diberi Jenggala, ia tak sengaja memasukkan tangannya kedalam kantong bagian depan hoodie tersebut. Terkejutnya Gladys bahwa di dalam kantong itu terdapat bungkus rokok yang tersisa 5 batang rokok. Gladys merasa heran terhadap Jenggala, sepertinya ia meletakkan rokok dimana mana, padahal saat di sekolah tadi rokoknya sudah disita oleh guru. Disitulah Gladys memiliki ide untuk membuang rokok Jenggala ke dalam tong sampah didekatnya dan menggantikannya dengan snack coklat yang dibeli Gladys pada jam istirahat tadi.


Sepuluh menit sudah mereka menunggu di depan minimarket, hingga tiba saat yang ditunggu. Hujan telah reda dan mereka pun bergegas untuk segera pulang agar tak kehujanan jika hujan turun lagi.

Dalam perjalanan tak ada yang mau memulai percakapan, tak ada yang berani, keduanya sama sama canggung disertai gengsi mereka. Hingga tiba hujan yang semula gerimis semakin deras membasahi jas hujan dan juga kepala Gladys yang hanya ditutupi topi Jenggala. Mereka memutuskan untuk berteduh di minimarket karena dirasa Jenggala tak mau membuat Gladys kehujanan, bagaimana pun mereka belum cukup dekat jadi Jenggala tak ingin membuat “anak orang” celaka.

“Sorry ya gara gara gue ajak nerobos gerimis tadi lo jadi kehujanan gini,” Jenggala membuka suara.

“Gapapa kok, ga terlalu kehujanan juga. Malah gue yang harusnya berterimakasih ke lo karena mau gue repotin,” sahut Gladys.

Jenggala hanya mengangguk kemudian berusaha membuka jas hujan dan juga hoodie yg ia kenakan.

“Nih pake, gue tau lo kedinginan.” Jenggala menyerahkan hoodienya kepada gadis yang memiliki tinggi sejajar dengan hidung Jenggala.

“Ngga usah, itu kan punya lo ngapain kasi ke gue. Lagian gue kuat kok, ga terlalu dingin juga,” tolak Gladys.

“Gak terlalu dingin tapi sampe menggigil gitu ya?” Jenggala mengarahkan pandangannya ke depan wajah Gladys, melihat bahwa Gladys sedang menggigil.

“E-enggak biasa aja kok, lo aja yang pake ho-”

“Jangan bandel, kalau gue udah ngasi artinya gue udah ikhlas. Gue juga gamau disalahin karena bikin anak orang sakit. Jangan nolak.” Lekas Jenggala mengambil tangan Gladys dan meletakkan hoodie itu diatas tangan perempuan di hadapannya.

“Makasih,” hanya itu yang diucap Gladys setelah menerima hoodie milik Jenggala.

*“Iya. Btw, tunggu sebentar ya gue mau ke dalem minimarket dulu beli sesuatu. Lo mau nitip?”* tanya Jenggala.

“Ngga gausah.” Gladys menggelengkan kepala sebagai tanda penolakannya.

Di sela sela Gladys memakai hoodie yang diberi Jenggala, ia tak sengaja memasukkan tangannya kedalam kantong bagian depan hoodie tersebut. Terkejutnya Gladys bahwa di dalam kantong itu terdapat bungkus rokok yang tersisa 5 batang rokok. Gladys merasa heran terhadap Jenggala, sepertinya ia meletakkan rokok dimana mana, padahal saat di sekolah tadi rokoknya sudah disita oleh guru. Disitulah Gladys memiliki ide untuk membuang rokok Jenggala ke dalam tong sampah didekatnya dan menggantikannya dengan snack coklat yang dibeli Gladys pada jam istirahat tadi.


Sepuluh menit sudah mereka menunggu di depan minimarket, hingga tiba saat yang ditunggu. Hujan telah reda dan mereka pun bergegas untuk segera pulang agar tak kehujanan jika hujan turun lagi.